Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Peningkatan Likuiditas Justru Tekan Harga: Memahami Ketidakseimbangan Bitcoin

 

Lebih Banyak Likuiditas, Bitcoin Tetap Diam

Bitcoin diperdagangkan di sekitar US$104.376, turun dari level tertinggi akhir pekan lalu, meski likuiditas global meningkat ke rekor sejak pandemi. Federal Reserve menyuntikkan US$125 miliar ke sistem perbankan dalam lima hari, sementara pasokan uang Cina melampaui US$47 triliun. Namun, Bitcoin justru tidak merespons.

Likuiditas Tidak Selalu Memicu Kenaikan Aset Risiko

Menurut analis Joe Carlasare, tidak semua likuiditas diciptakan sama. Injeksi The Fed lebih ditujukan untuk menstabilkan pasar pendanaan jangka pendek, bukan untuk mendorong aset berisiko seperti Bitcoin.

Di sisi lain, likuiditas Cina yang masif tetap terperangkap di ekonomi domestik, sehingga dampaknya pada aset global terbatas. Ekspansi kredit Cina mendukung infrastruktur dan ekspor, bukan spekulasi pasar.

Aliran Modal Mengalihkan Fokus dari Bitcoin

Seiring likuiditas meningkat, investor tampak beralih ke sektor lain, seperti saham AI dan semikonduktor. Misalnya, trader ritel Korea banyak beralih dari kripto ke saham Nvidia, sehingga aliran likuiditas makro belum banyak masuk ke pasar kripto.

Likuiditas Membentuk Potensi, Bukan Kepastian

Ahli pasar menekankan bahwa likuiditas menciptakan “pegas” atau potensi pergerakan harga. Namun, pelepasan likuiditas tergantung pada selera risiko dan psikologi investor. Saat ini, Bitcoin bergerak sideways karena pasar menunggu arah yang jelas.

Peluang Masa Depan

Pengetatan kuantitatif (QT) diperkirakan berakhir pada Desember 2025. Saat itu, The Fed akan mulai reinvestasi sekitar US$60–70 miliar per bulan ke Treasury, yang berpotensi mendorong harga Bitcoin ke atas. Hingga saat itu, pasar kemungkinan tetap berhati-hati.



Posting Komentar untuk "Peningkatan Likuiditas Justru Tekan Harga: Memahami Ketidakseimbangan Bitcoin"