Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bisakah Krisis Moneter di Amerika Mempercepat Lonjakan Bitcoin?

 

Ketegangan Politik AS Meningkat, Investor Lirik Bitcoin sebagai Aset Perlindungan

Presiden AS Donald Trump terus meningkatkan tekanannya terhadap Federal Reserve, mulai dari desakan kepada Ketua Jerome Powell agar menurunkan suku bunga, hingga pemecatan kontroversial terhadap Gubernur Lisa Cook. Langkah-langkah ini telah menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan investor terkait independensi bank sentral dan stabilitas dolar AS.

Menurut beberapa pelaku industri crypto seperti Bitget, Jelly Labs, WeFi, dan ZIGChain, intervensi Trump terhadap The Fed menciptakan ketidakpastian baru dalam sejarah kebijakan moneter Amerika. Di tengah kondisi ini, investor yang biasanya beralih ke emas kini mulai melirik Bitcoin sebagai alternatif lindung nilai terhadap pelemahan mata uang fiat.

Serangan Trump terhadap The Fed dianggap lebih ekstrem dibandingkan tekanan yang pernah dilakukan Presiden sebelumnya, seperti Nixon atau Lyndon Johnson. Tak hanya bersifat retorik, Trump bahkan menggugat dan mencoba mencopot pejabat The Fed — sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah 112 tahun bank sentral tersebut.

Putusan pengadilan yang membela Lisa Cook memperlihatkan eskalasi konflik antara eksekutif dan bank sentral. Jika Trump memenangkan bandingnya, hal itu dapat menggoyahkan dasar hukum independensi The Fed dan memunculkan persepsi bahwa kebijakan moneter AS bisa dijadikan alat politik.

Situasi ini memicu kekhawatiran pasar. Investor kini lebih serius mempertimbangkan risiko politisasi The Fed dan mulai mempertimbangkan kembali strategi investasi mereka. Kepercayaan terhadap dolar mulai goyah, terlihat dari lonjakan harga emas yang mencapai rekor baru di atas US$3.600 per ons dan meningkatnya permintaan obligasi jangka panjang meski imbal hasilnya terus naik.

Sinyal lain datang dari bank sentral global yang kini ramai-ramai menambah cadangan emas mereka, memperkuat tren diversifikasi dari aset berbasis dolar. Dalam lanskap ekonomi yang semakin tidak pasti, Bitcoin mulai mendapat tempat sebagai instrumen lindung nilai non-tradisional di mata para investor global.

Menuju Era Moneter Baru? Bitcoin dan Emas Kian Dilirik di Tengah Menurunnya Dominasi Dolar

Untuk pertama kalinya sejak 1996, kepemilikan emas oleh bank sentral global melampaui kepemilikan terhadap Treasury AS. Pergeseran ini mencerminkan strategi global untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS sebagai mata uang cadangan utama.

Di tingkat individu, investor juga mulai merespons dinamika ini dengan mendiversifikasi portofolio mereka, mencari alternatif yang lebih tahan terhadap ketidakpastian dan campur tangan politik.

Menurut CEO WeFi, Maksym Sakharov, dunia sedang bergerak menjauh dari "kecanduan" terhadap dolar. Ia menilai dominasi dolar yang selama ini dianggap tak tergantikan kini mulai goyah, terutama karena AS dianggap menyalahgunakan kekuatannya melalui pencetakan uang besar-besaran dan penggunaan dolar sebagai senjata geopolitik.

"Kita mungkin berada di awal era moneter baru — bukan lagi satu mata uang global, melainkan lanskap yang lebih beragam, terdiri dari sejumlah aset dan mata uang yang saling melengkapi," ujar Sakharov.

Bitcoin dan Emas: Safe Haven Ganda di Era Ketidakpastian

Selama ribuan tahun, emas dikenal sebagai aset perlindungan utama. Namun kini, Bitcoin muncul sebagai pesaing serius — bukan untuk menggantikan, melainkan melengkapi.

Abdul Rafay Gadit, Co-Founder ZIGChain, menyebut bahwa Bitcoin menghadirkan lapisan baru dalam strategi lindung nilai investor: terdesentralisasi, portabel, dan sejalan dengan perkembangan teknologi keuangan modern. Kombinasi emas dan Bitcoin dinilai menawarkan proteksi ganda terhadap gejolak pasar.

"Emas memberikan kepercayaan historis, sementara Bitcoin menghadirkan efisiensi dan transparansi digital. Keduanya kini menjadi fondasi baru dalam portofolio yang ingin bertahan dalam ketidakpastian," jelas Gadit.

Ia menambahkan bahwa investor cenderung akan semakin meninggalkan ketergantungan pada dolar dan mulai beralih ke infrastruktur keuangan yang lebih transparan dan ter-tokenisasi.

Stablecoin sebagai Penghubung Dunia Lama dan Baru

Sakharov juga menyoroti peran stablecoin — aset kripto yang nilainya dipatok ke mata uang fiat seperti dolar — sebagai jembatan antara keuangan tradisional dan dunia aset digital. Arus masuk ke stablecoin dianggap sebagai indikator kuat bahwa investor mulai mengamankan dana di luar sistem perbankan, sebelum mengalihkan ke aset seperti Bitcoin.

Transformasi Sistem Keuangan Global

Krisis ekonomi memang bukan hal baru, tapi kecepatan disrupsi teknologi yang terjadi saat ini membuka peluang untuk mendefinisikan ulang sistem moneter global.

Bitcoin, dengan sifatnya yang netral, global, dan sepenuhnya terdesentralisasi, kini dipandang sebagai alternatif nyata dalam menghadapi ketidakpastian politik dan ekonomi, terutama di tengah memudarnya kepercayaan terhadap institusi pemerintah.

"Bitcoin adalah uang milik rakyat — bebas dari kendali politik dan geografis. Dalam dunia yang tidak lagi percaya pada pemimpinnya, aset seperti ini punya daya tarik yang sangat kuat," pungkas Sakharov.

Meskipun transisi penuh dari dolar ke sistem yang lebih terdesentralisasi masih membutuhkan waktu, tanda-tanda ke arah perubahan itu sudah mulai terlihat dengan jelas.



Posting Komentar untuk "Bisakah Krisis Moneter di Amerika Mempercepat Lonjakan Bitcoin?"