Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mining Bitcoin Makin Sulit: Kesulitan Jaringan Sentuh Level Tertinggi Sepanjang Masa

 

Bitcoin Catat Rekor Baru, Kesulitan Mining Ikut Melonjak

Bitcoin (BTC) kembali mencetak rekor harga tertinggi (all-time high/ATH) dalam beberapa waktu terakhir. Sejalan dengan kenaikan tersebut, tingkat kesulitan penambangan Bitcoin juga mencapai titik tertinggi sepanjang sejarah, mencerminkan semakin kuatnya jaringan blockchain Bitcoin.

Kombinasi antara harga Bitcoin yang melonjak, meningkatnya kesulitan mining, dan aksi para investor jangka panjang (Long-Term Holders/LTH) membentuk sentimen pasar yang cenderung optimis—meskipun tetap dibayangi risiko.

Rekor Harga dan Tingkat Kesulitan Penambangan

Data dari Blockchain.com menunjukkan bahwa kesulitan mining Bitcoin meningkat 7,96% menjadi 126,27 triliun, sementara rata-rata hashrate dalam tujuh hari terakhir tercatat di angka 908,82 exahash per detik (EH/s). Kenaikan ini menandakan bertambahnya kekuatan komputasi yang digunakan oleh para penambang, seiring dengan harga BTC yang sempat menyentuh US$122.000.

Namun, bila tren ini terus berlanjut, ada kemungkinan tekanan terhadap efisiensi para penambang akan meningkat—terutama mengingat hasil mining yang mengecewakan selama bulan Juni lalu.

Penyesuaian Kesulitan Mining dan Perilaku Holder Jangka Panjang

Menariknya, penyesuaian tingkat kesulitan penambangan berikutnya diperkirakan akan turun sebesar 6,69% pada 27 Juli 2025. Penurunan ini dapat menjadi angin segar bagi para penambang, karena berpotensi meningkatkan efisiensi dan profitabilitas operasional mereka.

Di sisi lain, data dari grafik Glassnode yang dibagikan oleh NekoZ di platform X menunjukkan perilaku menarik dari Long-Term Holders (LTH). Pada Juli 2025, mereka mencatatkan keuntungan realisasi sebesar US$108.400, dengan rasio profit mencapai 357%. Ini menunjukkan bahwa mayoritas dari mereka membeli di harga yang jauh lebih rendah dibanding harga pasar saat ini, sehingga tetap berada di zona untung meski pasar berfluktuasi.

Minat Pencarian Bitcoin Masih Rendah, Sinyal Kedewasaan Pasar?

Meskipun Bitcoin mencetak all-time high (ATH), data menunjukkan bahwa sebagian besar pemegang jangka panjang (Long-Term Holders/LTH) tidak berniat menjual kepemilikannya. Dari tahun 2022 hingga kini, grafik menunjukkan bahwa fase keuntungan tinggi—seperti 296% pada pertengahan 2024—cenderung diikuti oleh reli harga yang berkelanjutan. Hal ini memperkuat pandangan bahwa pasar belum memasuki fase jenuh.

Namun, ada satu indikator yang cukup menarik: minat pencarian Bitcoin di Google masih tergolong rendah. Tidak seperti pasar bull sebelumnya, minat ini hanya menunjukkan peningkatan yang moderat. Kondisi ini bisa menandakan bahwa investor kini semakin matang, lebih memilih strategi investasi jangka panjang dibandingkan terjebak dalam euforia FOMO (fear of missing out) atau spekulasi sesaat.

Secara keseluruhan, kombinasi antara harga BTC yang terus menanjak, tingkat kesulitan mining yang tinggi, dan konsistennya perilaku HODLing dari para LTH memberikan gambaran pasar yang menjanjikan—meskipun tetap disertai risiko. Ditambah lagi, dengan meningkatnya likuiditas global (terlihat dari kenaikan M2 di AS, Tiongkok, dan Eropa), Bitcoin berpotensi melanjutkan tren positifnya dalam jangka pendek.

Namun, para investor tetap perlu mencermati sejumlah indikator penting seperti hashrate jaringan, perubahan tingkat kesulitan penambangan, serta sentimen pasar secara keseluruhan. Langkah ini penting untuk mengantisipasi dan meminimalkan risiko apabila terjadi koreksi harga di pasar.



Posting Komentar untuk "Mining Bitcoin Makin Sulit: Kesulitan Jaringan Sentuh Level Tertinggi Sepanjang Masa"