Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dari Rolex hingga Buffett: Sinyal Apa yang Disampaikan Pasar Kripto?

 

Pasar Kripto Bullish, Rolex Jadi Indikator Tersembunyi?

Bulan ini, pasar aset kripto menunjukkan tren yang cukup positif. Bitcoin (BTC) mencetak rekor tertinggi baru lebih dari seminggu lalu, sementara Ethereum (ETH) juga terus menguat hingga menyentuh level tertinggi dalam beberapa bulan terakhir. Bahkan dalam 24 jam terakhir, kapitalisasi pasar kripto secara keseluruhan melonjak sekitar US$41 miliar.

Melihat pergerakan ini, para analis dan pelaku pasar mulai mencari sinyal lanjutan untuk membaca arah pasar ke depan. Selain indikator teknikal seperti pola grafik, dominasi Bitcoin, indeks Fear and Greed, dan kinerja DXY, kini muncul pendekatan baru: membaca sinyal dari pasar jam tangan mewah.

Apa Itu ‘Rolex Indicator’?

Salah satu pendekatan yang menarik perhatian adalah "Rolex Indicator", istilah yang diperkenalkan oleh analis kripto anonim bernama Pix di platform X (sebelumnya Twitter). Menurutnya, pergerakan harga jam tangan mewah seperti Rolex bisa menjadi cerminan psikologi pasar kripto.

Alasannya? Ketika investor meraup untung besar saat pasar bullish, mereka cenderung membeli barang-barang mewah sebagai simbol keberhasilan—termasuk jam tangan Rolex. Namun, pola historis menunjukkan bahwa lonjakan harga jam tangan sering kali terjadi setelah puncak pasar kripto, bukan bersamaan.

Pix mencontohkan bagaimana lonjakan harga jam mewah saat hype NFT tahun 2021 menjadi pertanda distribusi kekayaan yang meluas, yang tak lama kemudian diikuti oleh akhir fase bull market. Ketika pasar mulai turun, harga Rolex juga anjlok hampir 30% dalam waktu satu tahun, bukan karena hilangnya permintaan, tetapi karena hilangnya "permintaan status".

Belum Ada Lonjakan Jam Mewah Saat Ini

Menariknya, meski Bitcoin dan altcoin lainnya telah naik signifikan dalam beberapa minggu terakhir, pasar jam tangan mewah masih belum menunjukkan lonjakan harga yang sama. Ini bisa menjadi pertanda bahwa pasar kripto mungkin belum mencapai puncaknya.

Apakah ‘Rolex Indicator’ ini layak jadi bahan pertimbangan serius? Setidaknya, ia memberi sudut pandang baru tentang bagaimana perilaku konsumen dapat mencerminkan sentimen pasar kripto secara lebih dalam.

Psikologi Pasar: Di Mana Kita dalam Siklus Kripto?

Menurut analis Pix, naiknya kembali harga jam tangan mewah belum tentu menandakan pasar kripto telah mencapai puncak. Namun, hal ini menunjukkan bahwa kita sudah memasuki fase yang cukup matang dalam siklus pasar.

"Orang tidak mulai membeli simbol status sampai mereka merasa masa sulit telah berlalu. Biasanya itu terjadi di tengah siklus, sekitar dua pertiga jalan. Di titik ini, kekayaan mulai terdistribusi, kepercayaan pulih, tapi pengeluaran besar-besaran belum dimulai. Ketika fase itu tiba, kamu tak akan butuh grafik untuk mengetahuinya. Kamu akan merasakannya," jelas Pix.

Analis lain dengan nama Atlas juga mengemukakan pandangan serupa. Menurutnya, meskipun keserakahan mulai terasa di pasar, itu belum mencapai tingkat euforia penuh. Masih ada ruang untuk pertumbuhan lebih lanjut.

Atlas juga mencatat berbagai sinyal perilaku yang mulai muncul—seperti meningkatnya budaya pamer di platform seperti Crypto Twitter, banyaknya tangkapan layar keuntungan, hingga unggahan soal resign dari pekerjaan karena cuan kripto. Meski tren ini meningkat dibandingkan enam bulan lalu, skalanya masih jauh dari hype besar tahun 2021.

"Sentimen sudah berubah, tapi belum mencapai euforia total. Rasa takut ekstrem sudah lewat, namun fase mania belum terjadi. Kita masih berada dalam fase rotasi, dan masih ada potensi kenaikan," ujarnya.

Antara Benner dan Buffett: Apakah Puncak Pasar Masih Jauh?

Selain indikator perilaku, sebagian analis juga menggunakan pendekatan siklus historis seperti Benner Cycle untuk membaca arah pasar. Model ini memetakan pola pasar berulang dan saat ini menunjukkan bahwa pasar kripto kemungkinan belum mencapai titik tertingginya.

Menurut siklus Benner, fase puncak berikutnya mungkin akan terjadi pada 2026, diikuti dengan lonjakan likuiditas besar, revaluasi aset, dan momen ideal untuk keluar dari pasar. Sementara itu, fase penurunan atau crash besar diperkirakan terjadi sekitar tahun 2035–2039.

Dengan kata lain, jika kita mengikuti kerangka ini, maka kondisi saat ini bisa dianggap sebagai fase akumulasi, di mana investor menempatkan posisi mereka sebelum terjadinya kenaikan harga signifikan dalam beberapa tahun mendatang.

Sinyal Perhatian dari Warren Buffett Indicator

Di tengah optimisme yang melingkupi pasar, Warren Buffett Indicator justru memberikan catatan kehati-hatian. Indikator ini mengukur valuasi pasar saham dengan membandingkan total kapitalisasi pasar saham suatu negara terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)-nya.

Buffett sendiri pernah menyebut metrik ini sebagai:

“Mungkin ukuran tunggal terbaik untuk mengetahui seberapa mahal atau murah pasar pada suatu waktu.”

Indikator ini digunakan untuk menentukan apakah pasar saham berada dalam kondisi overvalued (terlalu mahal) atau undervalued (terlalu murah) dibandingkan dengan kondisi ekonomi riil. Secara umum, nilai rasio yang melebihi 100% dianggap sebagai tanda bahwa pasar mungkin sudah terlalu panas.

Menariknya, pada bulan Juli ini, rasio tersebut melonjak hingga melampaui 200%, memberikan sinyal bahwa valuasi pasar bisa jadi sudah sangat tinggi dan berpotensi memasuki wilayah gelembung (bubble).

Hal ini bisa menjadi tanda bahwa pasar sedang memasuki fase gelembung, di mana harga saham—dan aset berisiko lainnya seperti kripto—berpotensi sudah terlalu tinggi. Kondisi ini tentu menimbulkan kekhawatiran akan kemungkinan terjadinya koreksi dalam waktu dekat.

Ketika kita membandingkan berbagai indikator, tampak jelas bahwa pasar saat ini berada di titik persimpangan. Rolex Indicator dan Siklus Benner memberi sinyal bahwa masih ada ruang untuk pertumbuhan lanjutan, sementara Buffett Indicator memperingatkan adanya risiko overheating atau pasar yang terlalu panas.

Arah pasar kripto selanjutnya kemungkinan besar akan ditentukan oleh apakah meningkatnya rasa percaya diri investor akan berubah menjadi spekulasi berlebihan, atau justru menjadi pemicu bagi pasar untuk melakukan penyesuaian valuasi secara lebih realistis.





Posting Komentar untuk "Dari Rolex hingga Buffett: Sinyal Apa yang Disampaikan Pasar Kripto?"