Tiga Platform Kini Kuasai Aktivitas Staking Ethereum
Ethereum kini berada pada titik penting dalam evolusi ke sistem berbasis staking, setelah mencatat lebih dari 35 juta ETH terkunci dalam kontrak staking. Jumlah ini mencakup sekitar 28,3% dari total pasokan Ethereum, dengan nilai pasar melebihi US$84 miliar.
Dominasi Tiga Besar: Lido, Binance, dan Coinbase
Menurut laporan dari firma analitik blockchain Sentora, tingkat staking ini merupakan yang tertinggi dalam sejarah Ethereum. Kecenderungan ini bahkan dipercepat pada paruh pertama Juni, di mana lebih dari 500.000 ETH telah di-stake.
Tiga entitas utama kini mendominasi kekuatan validator Ethereum, yaitu:
-
Lido – platform staking liquid terdesentralisasi
-
Binance – bursa kripto global
-
Coinbase – platform kripto terdaftar di AS
Ketiganya menguasai porsi besar dari total ETH yang di-stake, menimbulkan diskusi soal sentralisasi kekuatan jaringan Ethereum.
Lonjakan staking Ethereum baru-baru ini sebagian besar didorong oleh kejelasan regulasi dari Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC). Panduan yang dirilis pada Mei memberikan keyakinan lebih bagi investor institusional, yang kini mulai menganggap staking ETH sebagai strategi jangka panjang yang lebih aman.
Minat Institusional Meningkat, Tapi Desentralisasi Dipertanyakan
Akibatnya, banyak investor besar dan whale mulai men-stake ETH mereka, mengejar potensi keuntungan jangka panjang dari keterlibatan langsung dalam validasi jaringan Ethereum.
Namun, di balik optimisme ini, kekhawatiran serius tentang sentralisasi muncul. Saat ini, tiga entitas besar—Lido, Binance, dan Coinbase—mengendalikan hampir 40% dari total saldo validator Ethereum, yaitu:
-
Lido memegang sekitar 8,7 juta ETH (~25% dari semua ETH yang di-stake).
-
Binance dan Coinbase masing-masing menguasai sekitar 7,5% pasar staking.
Firma analitik Sentora memperingatkan bahwa gangguan atau penyensoran pada ketiga entitas ini dapat berdampak pada lebih dari 40% blok baru yang dihasilkan jaringan Ethereum. Artinya, meskipun Ethereum bergerak menuju proof-of-stake demi keamanan dan efisiensi energi, dominasi beberapa pihak besar justru mengancam prinsip desentralisasi yang menjadi fondasi dunia kripto.
Konsentrasi kekuasaan dalam staking Ethereum—di tangan Lido, Binance, dan Coinbase—telah membangkitkan kembali perdebatan mendasar soal desentralisasi jaringan. Ketika hanya segelintir entitas mengendalikan hampir separuh validasi blok, muncul kekhawatiran tentang:
-
Tata kelola jaringan yang tidak seimbang.
-
Ketergantungan pada entitas sentral.
-
Risiko sistemik jika salah satu penyedia mengalami gangguan teknis atau kebijakan.
Likuiditas Menyusut, Volatilitas Naik
Di sisi lain, 19% ETH juga terkunci oleh investor jangka panjang, di luar yang di-stake. Ini membuat jumlah ETH yang tersedia untuk diperdagangkan (float) semakin kecil.
🔍 Dampaknya:
-
Buku pesanan di bursa menjadi lebih tipis.
-
Harga ETH jadi lebih sensitif terhadap pembelian atau penjualan besar.
-
Volatilitas meningkat, memperkuat efek reli maupun koreksi harga.
Implikasi Bagi DeFi
Platform pinjaman di sektor DeFi juga mulai merasakan dampaknya:
-
stETH, rETH, frxETH, dan token staking cair lainnya mulai mengalami kenaikan suku bunga pinjaman.
-
Jika likuiditas token-token ini semakin menipis, jaminan pinjaman (collateral) bisa menjadi terlalu langka.
-
Protokol DeFi mungkin harus menyesuaikan algoritma dan strategi risikonya, untuk menjaga stabilitas ekosistem pinjaman.
Kesimpulan:
Ethereum memang makin matang secara teknis dan regulasi, tapi langkah menuju staking massal ini juga mengungkap titik lemah dalam struktur pasar—yakni dominasi terpusat dan penurunan likuiditas. Jika tidak ditangani, bisa jadi ini akan jadi rintangan baru bagi adopsi institusional dan keberlanjutan DeFi.
Posting Komentar untuk "Tiga Platform Kini Kuasai Aktivitas Staking Ethereum"