Kejatuhan Para Raja Kripto: Perjalanan Tiga Mastermind Menuju Status Buronan
Ruja Ignatova: Dari Ratu Kripto Menjadi Buronan Internasional
Dunia aset digital memang menjanjikan kekayaan bagi mereka yang berani mengambil risiko. Namun, ambisi yang melampaui batas bisa membawa seseorang ke sisi gelap industri ini. Salah satu contoh paling mencolok adalah Ruja Plamenova Ignatova, sosok yang dikenal luas sebagai "Cryptoqueen."
Lahir di Bulgaria dan besar di Jerman, Ignatova sempat menjalani kehidupan yang tampak cemerlang. Ia merupakan lulusan Universitas Oxford dan pernah bekerja di sektor keuangan sebelum akhirnya mendirikan OneCoin pada tahun 2014 bersama rekannya, Karl Sebastian Greenwood.
OneCoin dipasarkan sebagai pesaing utama Bitcoin, bahkan dijuluki sebagai “pembunuh Bitcoin.” Lewat presentasi yang meyakinkan dan pendekatan multi-level marketing (MLM), Ignatova berhasil menarik jutaan investor dari seluruh dunia. Klaimnya tentang potensi keuntungan besar berhasil membuai banyak orang.
Namun, di balik gemerlap janji keuntungan, OneCoin ternyata tidak memiliki blockchain yang dapat diverifikasi — sesuatu yang sangat fundamental bagi legitimasi sebuah cryptocurrency. Dalam kenyataannya, proyek tersebut hanyalah skema Ponzi berskala global yang menipu investor hingga lebih dari US$4 miliar.
Bukti-bukti dalam dokumen hukum menunjukkan bahwa Ignatova dan Greenwood sebenarnya sudah tahu sejak awal bahwa proyek ini dirancang sebagai penipuan. Dalam salah satu emailnya kepada Greenwood, Ignatova menulis:
“Mungkin ini bukan sesuatu yang bisa saya banggakan… tapi saya sangat ahli dalam kasus abu-abu seperti ini — Anda sebagai mesin penjualan, dan saya sebagai yang mengatur sisi hukum dan angka — kita bisa buat ini besar.”
Pada 12 Oktober 2017, otoritas AS mengeluarkan surat perintah penangkapan atas tuduhan penipuan dan pencucian uang. Namun, hanya beberapa hari setelahnya, Ignatova menghilang tanpa jejak. Ia diketahui terakhir naik pesawat dari Sofia ke Athena, dan sejak saat itu, keberadaannya tidak pernah terungkap.
Hingga kini, FBI menetapkannya dalam daftar Sepuluh Buronan Paling Dicari dan menawarkan hadiah sebesar US$5 juta bagi siapa pun yang memberikan informasi yang mengarah pada penangkapannya. Ia juga masih menjadi salah satu target buronan paling dicari oleh otoritas Eropa.
Kisah Tiga Tokoh Besar di Balik Skema Penipuan Kripto Global
Skandal penipuan kripto dalam skala besar terus meninggalkan jejak panjang, baik dari sisi kerugian finansial maupun dampaknya terhadap kepercayaan publik. Di antara banyak kasus yang muncul, tiga nama berikut ini menjadi sorotan dunia: Ruja Ignatova, Faruk Fatih Özer, dan Satish Kumbhani.
Ruja Ignatova – “Cryptoqueen” yang Masih Buron
Pada Desember 2022, Mark Scott Greenwood mengaku bersalah atas dakwaan penipuan kawat dan pencucian uang terkait dengan proyek OneCoin. Sementara itu, pada April 2024, mantan Kepala Hukum OneCoin, Irina Dilkinska, divonis empat tahun penjara oleh Hakim Distrik AS, Edgardo Ramos.
Meski kasus OneCoin mendapat sorotan global karena skala kerugiannya yang luar biasa, Ruja Ignatova—pendirinya yang dijuluki “Cryptoqueen”—masih belum diketahui keberadaannya hingga 2025.
Faruk Fatih Özer – Dalang di Balik Runtuhnya Thodex
Faruk Fatih Özer, pendiri Thodex, membangun platform exchange kripto asal Turki yang sempat menjadi salah satu yang terbesar di negara tersebut. Namun, pada April 2021, platform itu tiba-tiba ditutup dengan alasan pemeliharaan, dan lebih dari 400.000 pengguna kehilangan akses ke aset senilai sekitar US$2 miliar.
Özer kabur ke Albania, sementara otoritas Turki menangkap sejumlah kerabat dan karyawan senior Thodex. Ia akhirnya ditangkap dan diekstradisi ke Turki pada 2023. Di bulan September tahun itu, pengadilan menjatuhkan vonis gabungan 11.196 tahun penjara kepada Özer dan saudara-saudaranya.
Namun, pada Januari 2025, Pengadilan Regional Istanbul membatalkan sebagian keputusan tersebut dan membebaskan beberapa terdakwa karena kurangnya bukti. Meski demikian, Özer dan kerabatnya tetap ditahan atas dakwaan lainnya.
Satish Kumbhani – Otak di Balik Skema Ponzi BitConnect
Pendiri BitConnect, Satish Kumbhani, menciptakan skema Ponzi global yang merugikan investor hingga US$2,4 miliar antara tahun 2016 hingga 2018. Ia mempromosikan “BitConnect Lending Program” dengan janji keuntungan besar, menggunakan teknologi palsu seperti “BitConnect Trading Bot” dan “Volatility Software.”
BitConnect ternyata hanyalah jaringan Ponzi klasik, yang membayar investor lama menggunakan dana investor baru. Selain itu, Kumbhani memanipulasi harga token BCC dan mencuci dana investor melalui berbagai dompet dan exchange internasional.
Pada Februari 2022, ia resmi didakwa oleh Departemen Kehakiman AS. Jika terbukti bersalah, Kumbhani terancam hukuman penjara hingga 70 tahun. Sementara itu, Glenn Arcaro, pimpinan BitConnect untuk wilayah Amerika Utara, telah lebih dulu dijatuhi hukuman 38 bulan penjara dan diperintahkan mengembalikan US$17,6 juta kepada para korban.
Kesimpulan
Kisah Ignatova, Özer, dan Kumbhani mencerminkan risiko besar yang mengintai di balik industri kripto yang masih muda dan cepat berkembang. Dari kerugian miliaran dolar hingga ribuan investor yang menjadi korban, ketiga kasus ini menunjukkan pentingnya regulasi yang ketat, edukasi publik, serta kerja sama global untuk menghadang dan memberantas penipuan di sektor aset digital.
Posting Komentar untuk "Kejatuhan Para Raja Kripto: Perjalanan Tiga Mastermind Menuju Status Buronan"