Bitcoin Menguat Lagi, Volume Transaksi Kripto di Dalam Negeri Meningkat Tajam
Harga Bitcoin (BTC) pada perdagangan Selasa (11/6) sempat menyentuh angka US$110.000 sebelum akhirnya turun kembali dan saat ini bergerak di kisaran US$107.616.
Meski tidak bertahan lama di level tertinggi tersebut, pergerakan ini tetap memberikan dampak signifikan terhadap pasar kripto di Indonesia, khususnya dari sisi volume transaksi.
Salah satu bursa kripto lokal, Indodax, mencatat lonjakan volume transaksi harian saat harga Bitcoin menembus level psikologis US$110.000. Volume transaksi sempat melonjak hingga Rp707,8 miliar. Sebagai perbandingan, data volume perdagangan 24 jam terakhir Indodax yang tercatat di CoinGecko hanya sebesar US$29,39 juta atau sekitar Rp477,01 miliar.
Volume Transaksi Indodax Melonjak Tajam
Lonjakan ini mencerminkan hampir dua kali lipat peningkatan volume transaksi harian dibandingkan hari-hari biasa. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa pelaku pasar kripto di dalam negeri menunjukkan sikap optimistis terhadap prospek aset digital, khususnya Bitcoin, dalam jangka waktu ke depan.
Menanggapi situasi tersebut, Wakil Presiden Indodax, Antony Kusuma, menyebut bahwa lonjakan harga Bitcoin menandai momen penting dalam perkembangan narasi global aset kripto ini.
Di sisi lain, kenaikan harga juga dipengaruhi oleh arus sentimen positif dari pasar internasional, terutama yang berkaitan dengan membaiknya hubungan dagang antara Amerika Serikat dan Cina.
“Bitcoin kini tak lagi berada di pinggiran sistem keuangan global. Aset digital utama ini telah menjadi bagian dari diskusi strategis antara pemerintah, pelaku industri, dan institusi keuangan besar,” ungkap Antony.
Investor Ritel Mulai Aktif
Kenaikan volume transaksi kripto di Indodax juga mencerminkan antusiasme tinggi dari investor ritel di Indonesia. Menurut Antony Kusuma, hal ini menjadi sinyal kuat bahwa pasar lokal turut ambil bagian dalam dinamika pasar kripto global.
Namun demikian, perhatian pelaku pasar saat ini masih tertuju pada sejumlah indikator makroekonomi Amerika Serikat yang akan dirilis dalam waktu dekat. Di antaranya adalah data inflasi (CPI) dan proyeksi angka pengangguran yang dijadwalkan keluar pada 12 Juni.
Data tersebut dinilai akan memengaruhi arah kebijakan suku bunga The Fed. Dalam pandangan Antony, kombinasi antara tekanan inflasi, ketegangan geopolitik, dan ketidakpastian arah suku bunga global membuat para investor mencari alternatif yang tidak terikat pada kebijakan bank sentral—seperti halnya Bitcoin.
“Bitcoin menjadi relevan karena tidak terpengaruh oleh intervensi moneter konvensional. Ketika aset lain bergantung pada stimulus atau pengetatan kebijakan, Bitcoin tetap beroperasi berdasarkan prinsip yang konsisten—yakni transparansi, suplai terbatas, dan konsensus global,” ujarnya.
Adopsi Institusional Ubah Persepsi Terhadap Bitcoin
Lebih lanjut, Antony menegaskan bahwa adopsi institusional yang semakin luas telah mengubah cara pasar memandang Bitcoin. Saat ini, banyak institusi keuangan besar tidak lagi melihat Bitcoin sebagai instrumen spekulatif semata, melainkan sebagai bagian penting dalam strategi manajemen risiko dan diversifikasi portofolio jangka panjang.
“Jika beberapa tahun lalu institusi masih mencari-cari posisi Bitcoin, kini mereka sudah memasukkannya ke dalam strategi aset digital. Bahkan beberapa sovereign wealth fund (SWF) mulai mempertimbangkan eksposurnya terhadap aset kripto. Ini adalah masa transisi dari keraguan menuju penerimaan,” jelasnya.
Menurutnya, momentum ini bisa menjadi peluang emas bagi negara berkembang seperti Indonesia untuk lebih progresif dalam mengadopsi teknologi blockchain dan aset digital. Terlebih, Indonesia memiliki potensi besar dari sisi demografi, tingkat adopsi digital, serta komunitas kripto yang aktif.
Meski begitu, Antony juga mengingatkan bahwa ada tantangan yang perlu dihadapi. Salah satunya adalah bagaimana industri kripto di Indonesia dapat tumbuh menjadi pemain yang mampu berkontribusi dalam pengembangan teknologi dan regulasi global.
Posting Komentar untuk "Bitcoin Menguat Lagi, Volume Transaksi Kripto di Dalam Negeri Meningkat Tajam"