Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bitcoin Berhasil Menembus Batas US$100.000 — Apa Langkah Berikutnya bagi Pasar?

 

Penurunan terbaru Bitcoin di bawah level US$100.000 telah menguji ketahanan investor serta kepercayaan pasar. 

Meski sempat melemah, mata uang kripto terbesar ini dengan cepat bangkit kembali, menegaskan posisinya sebagai level psikologis baru.

Para analis menilai bahwa, meskipun terjadi gejolak jangka pendek, tren struktural Bitcoin tetap kuat dan berpotensi melanjutkan arah bullish. Banyak di antara mereka yang menyoroti penutupan pemerintah AS sebagai faktor penghambat utama bagi pergerakan harga saat ini.

PlanB: Tahap Pertengahan Siklus, Bukan Fase Mania
PlanB, pembuat model Stock-to-Flow (S2F), memandang koreksi ini sebagai fase jeda di pertengahan siklus. Berdasarkan data, Bitcoin telah mempertahankan harga di atas US$100.000 selama enam bulan berturut-turut—menandakan pergeseran penting dari level resistance menjadi level support.

Dia menilai pasar belum memasuki fase euforia, dengan indikator RSI masih berada di kisaran 66 — jauh di bawah level “panas” di atas 80 yang biasanya muncul di puncak siklus sebelumnya.

“Tanpa fase mania itu,” ujarnya, “kemungkinan besar kita belum mencapai puncak akhir.”

PlanB memperkirakan langkah besar selanjutnya bagi Bitcoin bisa menargetkan kisaran US$250.000–US$500.000, asalkan harga terus bergerak menjauh dari realized price-nya — ciri khas dari pasar bullish yang masih berlanjut.


Arthur Hayes: QE Terselubung di Depan

Arthur Hayes mengaitkan pelemahan jangka pendek Bitcoin dengan kondisi ketatnya likuiditas dolar AS. Setelah batas utang dinaikkan pada Juli, saldo Treasury General Account (TGA) meningkat tajam, menyerap likuiditas dari pasar.

Ia mencatat bahwa fenomena ini menyebabkan indeks likuiditas Bitcoin dan dolar turun secara bersamaan. Namun, Hayes memperkirakan kondisi ini akan segera berbalik. Setelah pemerintah AS kembali beroperasi penuh dan mulai membelanjakan cadangan TGA-nya, hal itu akan memicu apa yang ia sebut sebagai “stealth QE” — pelonggaran kuantitatif terselubung.

Menurutnya, The Fed akan menambah likuiditas melalui Standing Repo Facility, memperluas neraca tanpa secara resmi mengumumkan program QE.

“Ketika The Fed mulai mencairkan cek para politisi,” ujar Hayes, “Bitcoin akan naik.”


Raoul Pal: Banjir Likuiditas Akan Datang

Pandangan serupa datang dari Raoul Pal, pendiri Global Macro Investor (GMI). Model Liquidity Index miliknya menunjukkan tren kenaikan jangka panjang dalam suplai uang dan kredit global.

Pal menyebut fase saat ini sebagai “Window of Pain” — periode di mana keketatan likuiditas dan ketakutan investor menguji keyakinan pasar. Namun, ia memprediksi pembalikan tajam akan segera terjadi.

Ia memperkirakan:

  • Pengeluaran Departemen Keuangan AS akan mengalirkan US$250–350 miliar ke pasar.

  • Pengetatan kuantitatif akan berakhir.

  • Pemotongan suku bunga akan segera menyusul.

Dengan membaiknya likuiditas global — dari AS hingga Cina dan Jepang — Pal menyimpulkan:

“Ketika angka ini naik, semua angka naik.”


Prospek: Akumulasi Sebelum Ekspansi

Dari berbagai model, terdapat satu kesimpulan utama: Bitcoin telah melewati fase koreksi akibat tekanan likuiditas. Investor besar kembali melakukan akumulasi, dukungan teknis tetap kuat, dan faktor makro menunjukkan potensi ekspansi likuiditas berikutnya.

Volatilitas jangka pendek masih mungkin terjadi seiring penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter, tetapi secara struktural, pasar tampak bersiap memasuki fase pemulihan dan akumulasi bertahap.

Jika indikator likuiditas mulai meningkat kembali pada kuartal pertama 2026, baik Hayes maupun Pal memperkirakan reli Bitcoin berikutnya akan muncul dari fondasi psikologis US$100.000 yang baru saja teruji.

Data dari CryptoQuant juga menunjukkan bahwa whale — dompet dengan kepemilikan 1.000 hingga 10.000 BTC — telah menambah sekitar 29.600 BTC (senilai kira-kira US$3 miliar) dalam sepekan terakhir. Saldo kolektif mereka kini mencapai 3,504 juta BTC, menandai fase akumulasi besar pertama sejak September.

Menariknya, gelombang pembelian ini terjadi di tengah penurunan minat ritel dan outflow ETF senilai US$2 miliar. Para analis menafsirkan perbedaan ini sebagai tanda bahwa investor institusional diam-diam menambah posisi, memperkuat zona dukungan Bitcoin di sekitar US$100.000.


Posting Komentar untuk "Bitcoin Berhasil Menembus Batas US$100.000 — Apa Langkah Berikutnya bagi Pasar?"