Tiga Peretas Paling Buron yang Menjadi Dalang di Balik Lonjakan Kejahatan Siber.
1. Lazarus Group
Lazarus Group adalah kelompok hacker yang didukung oleh Korea Utara dan dikenal dengan beberapa nama samaran seperti APT 38 dan HIDDEN COBRA. Mereka telah aktif sejak 2007, awalnya menargetkan sistem pemerintah Korea Selatan, dan terkenal atas serangan besar seperti peretasan Sony Pictures (2014) dan ransomware WannaCry (2017). Dalam beberapa tahun terakhir, Lazarus fokus mencuri aset kripto, berhasil mengambil lebih dari US$5 miliar antara 2021 hingga 2025. Pencurian terbesar mereka adalah serangan Bybit pada Februari 2025, yang mengakibatkan kehilangan US$1,5 miliar dalam Ethereum—pencurian kripto terbesar sepanjang masa. Operasi lainnya termasuk pencurian US$3,2 juta dalam Solana pada Mei 2025. Serangan Lazarus Group kini menyumbang hampir 70% dari total pencurian kripto pada tahun ini, mengubah wajah ancaman dunia kripto secara signifikan.
2. Gonjeshke Darinde
Kelompok ini, yang berarti "burung pipit predator," diyakini terkait dengan Israel dan bergerak dalam motivasi politik. Mereka menyerang exchange kripto terbesar Iran, Nobitex, mencuri sekitar US$90 juta sebelum membakar dana tersebut sebagai aksi protes. Gonjeshke Darinde juga membocorkan kode sumber Nobitex, melemahkan reputasi dan kepercayaan terhadap platform tersebut. Selain itu, mereka melakukan serangan terhadap infrastruktur penting di Iran seperti sistem kereta api dan pabrik baja, serta membobol Bank Sepah, menyebabkan gangguan dan kerusakan besar.
3. UNC4899
Unit hacker yang juga didukung oleh Korea Utara ini beroperasi di bawah badan intelijen negara tersebut dan mulai aktif sejak 2020. Mereka dikenal dengan teknik canggih seperti kompromi rantai pasokan, menggunakan serangan malware dan eksploitasi keamanan untuk mencuri aset kripto dalam jumlah besar. UNC4899 menggunakan metode yang sangat terorganisir, termasuk menyebarkan malware melalui Telegram, melewati autentikasi multi-faktor di Google Cloud, dan mencuri cookie sesi AWS untuk mendapatkan akses ke layanan cloud dan mencuri aset digital bernilai jutaan dolar.
Kesimpulan:
Tahun 2025 menunjukkan bahwa pencurian aset kripto tidak hanya sekadar kejahatan finansial biasa, melainkan juga alat geopolitik strategis. Dengan lebih dari US$2,17 miliar yang dicuri hanya dalam paruh pertama tahun ini, dan serangan yang semakin canggih, keamanan kripto kini menjadi isu nasional yang harus mendapat perhatian serius dari exchange, penyedia layanan, dan pemerintah di seluruh dunia. Kerjasama intelijen, perlindungan yang terkoordinasi, dan langkah keamanan yang kuat menjadi keharusan untuk mencegah kerugian yang terus meningkat.
Posting Komentar untuk "Tiga Peretas Paling Buron yang Menjadi Dalang di Balik Lonjakan Kejahatan Siber."