ICO Kembali Marak: Mengapa Lonjakan Token 2025 Terasa Akrab dan Berisiko.
Setelah bertahun-tahun lesu, pasar kripto kini menyaksikan kebangkitan Initial Coin Offerings (ICOs).
Mulai dari proyek yang mampu mengumpulkan puluhan juta dolar dalam hitungan menit hingga keterlibatan pemain besar seperti Kraken dan Andre Cronje, kembalinya ICO pada 2025 memunculkan kombinasi antusiasme dan kekhawatiran di kalangan investor.
Pertanyaannya: apakah ini tanda awal siklus pertumbuhan baru atau pertanda gelembung spekulatif yang siap meletus?
Kembalinya ICO – Ketika Minat Pasar Bertemu Regulasi yang Lebih Longgar
Fenomena ini bukan sekadar kejadian lokal; tren ini dengan cepat merambah pasar global. Dalam beberapa minggu terakhir, berbagai penggalangan dana menarik perhatian publik. Salah satu contoh paling mencolok adalah MegaETH, yang berhasil menghimpun US$50 juta hanya dalam lima menit dan mencapai valuasi US$1 miliar—mengingatkan kembali pada era keemasan ICO tahun 2017.
Saat ini, Jupiter (JUP), DEX terkemuka di Solana (SOL), bersiap meluncurkan platform ICO baru pada November mendatang. Sementara itu, Flying Tulip, proyek terbaru dari “DeFi Godfather” Andre Cronje, berencana mengumpulkan US$800 juta melalui penjualan publik token FT di platform ICO miliknya sendiri, tanpa bergantung pada platform yang sudah ada.
Tidak hanya startup baru yang aktif, perusahaan besar juga ikut meramaikan gelombang ICO generasi baru. Kraken bermitra dengan Legion untuk meluncurkan penjualan token yang sesuai MiCA di Eropa. Echo milik Cobie memperkenalkan platform Sonar melalui proyek Plasma, dan Nomad Capital menghadirkan BuildPad, platform ICO khusus untuk proyek tahap awal.
Kebangkitan ini didorong oleh permintaan likuiditas yang meningkat dan perubahan regulasi. Contohnya, SEC AS baru-baru ini membatalkan gugatan terhadap ICO Dragonchain, menandakan kemungkinan pelonggaran penegakan hukum. Perubahan ini berpotensi mendorong model penerbitan token yang lebih patuh, transparan, dan aman, membuka era penggalangan dana on-chain yang lebih berkelanjutan.
Peringatan Pakar: Sejarah Bisa Terulang
Meski optimisme tinggi, pakar memperingatkan risiko yang nyata. Co-founder Berachain menilai bahwa ICO dan penawaran token publik akan kembali, tetapi airdrop besar justru bisa merusak insentif pasar dan merugikan investor kecil.
Analis Himanshu Malviya menekankan bahwa era ICO baru cenderung menguntungkan investor institusional dan whale crypto, seperti terlihat dari akuisisi Echo oleh Coinbase senilai US$375 juta. Hal ini dapat meningkatkan ekspektasi pasar, menguras likuiditas dari proyek berkelanjutan, dan menimbulkan ketidakstabilan sistemik. Ia memperingatkan, “Dari ICO ke IDO, dari airdrop ke points farming, aliran nilai selalu condong ke mereka yang sudah menguasai modal.”
Sementara itu, Arthur Hayes, mantan CEO BitMEX, menyoroti risiko model token FDV tinggi–float rendah yang dapat merusak kepercayaan investor. Ia berpendapat bahwa ICO yang dirancang adil bisa menjadi “obat” untuk menyeimbangkan kekuatan antara tim proyek dan investor.
Gelombang ICO baru ini menawarkan peluang untuk mendefinisikan ulang penggalangan dana on-chain. Namun, jika proyek hanya mengejar hype jangka pendek, pasar berisiko kembali ke ekses spekulatif. Investor disarankan memandang ICO bukan sebagai cara cepat kaya, tetapi sebagai eksperimen finansial dalam transparansi dan desentralisasi.


Posting Komentar untuk "ICO Kembali Marak: Mengapa Lonjakan Token 2025 Terasa Akrab dan Berisiko."