Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kenaikan Harga Bitcoin: Peluang atau Risiko bagi Keuangan Perusahaan?

 

Banyak perusahaan mengikuti jejak MicroStrategy dalam berinvestasi di Bitcoin (BTC), terutama setelah kenaikan harga yang signifikan baru-baru ini. 

Meskipun aksi beli besar-besaran ini menciptakan kekhawatiran potensi keruntuhan pasar—terutama jika beberapa perusahaan terpaksa menjual aset mereka—para ahli dari Bitwise, Komodo Platform, dan Sentora menilai manfaat akumulasi Bitcoin jauh lebih besar daripada risikonya. Mereka berpendapat bahwa walau perusahaan kecil yang punya utang besar mungkin menghadapi kesulitan, dampaknya terhadap pasar secara keseluruhan tetap terbatas. Perusahaan besar dan stabil seperti MicroStrategy juga tidak menunjukkan tanda-tanda melepas aset mereka.

Tren adopsi Bitcoin korporat terus meningkat, dengan setidaknya 130 perusahaan publik yang telah membeli Bitcoin, menurut data dari Bitcoin Treasuries. Standard Chartered juga mencatat bahwa minimal 61 perusahaan telah memasukkan kripto dalam portofolio mereka, menandai semakin meluasnya penerimaan Bitcoin di kalangan korporasi.


Seiring dengan Strategy (sebelumnya MicroStrategy) yang terus meraih keuntungan miliaran dolar dari akumulasi Bitcoin yang agresif—didukung oleh kenaikan harga Bitcoin—diperkirakan semakin banyak perusahaan akan mengikuti langkah serupa.

André Dragosch, Kepala Riset Bitwise Eropa, kepada BeInCrypto mengatakan bahwa dengan lebih dari 5000 perusahaan publik yang terdaftar di Wilshire 5000 Index saja, ada potensi percepatan signifikan dalam adopsi Bitcoin sebagai bagian dari treasury korporat sepanjang tahun ini dan 2026 mendatang. Keyakinan ini didasarkan pada beberapa alasan kuat.

Salah satunya adalah soal volatilitas Bitcoin dibandingkan dengan aset lain. Meskipun Bitcoin terkenal volatil, secara historis ia memberikan pengembalian yang jauh lebih tinggi dibandingkan kelas aset tradisional seperti saham dan emas. Ryan Rasmussen, Kepala Riset Bitwise, menjelaskan bahwa meskipun banyak investor enggan berinvestasi di Bitcoin karena dianggap terlalu volatil, faktanya beberapa saham teknologi besar seperti Tesla dan Nvidia justru mengalami volatilitas yang lebih tinggi dibanding Bitcoin dalam beberapa bulan terakhir, baik secara langsung maupun melalui indeks seperti S&P 500 dan Nasdaq-100.

Meskipun kinerja masa lalu tidak menjamin hasil di masa depan, stabilitas relatif Bitcoin saat ini berpotensi mendorong lebih banyak perusahaan untuk membeli aset tersebut.

Kadan Stadelmann, Chief Technology Officer Komodo Platform, mengatakan kepada BeInCrypto bahwa volatilitas Bitcoin telah menurun seiring waktu dan tren ini kemungkinan akan berlanjut. Menurutnya, saat Bitcoin menemukan harga sejatinya, volatilitasnya akan mendekati nol, yang bisa membuat permintaan melambat. Namun selama volatilitas masih ada, harga Bitcoin cenderung meningkat dalam jangka panjang, jika melihat pola masa lalu.

Di tengah tantangan ekonomi global, Bitcoin bisa menjadi pilihan menarik bagi perusahaan untuk memperkuat neraca keuangan mereka yang lemah.

Apakah Bitcoin Bisa Mengungguli Safe Haven Tradisional?
Dengan ketegangan geopolitik, inflasi yang naik, dan defisit fiskal yang mengkhawatirkan di Amerika Serikat serta ekonomi global, Bitcoin yang dikenal sebagai “emas digital” dan penyimpan nilai netral secara kedaulatan semakin menarik perhatian para pemegang saham, terutama setelah keberhasilan MicroStrategy.

André Dragosch menjelaskan bahwa tekanan dari pemegang saham untuk mengadopsi Bitcoin sebagai bagian dari kebijakan korporat kemungkinan akan meningkat, terutama jika inflasi kembali naik akibat risiko geopolitik dan monetisasi utang oleh bank sentral. Banyak perusahaan yang beroperasi di sektor dengan pertumbuhan rendah dan utang tinggi bisa mendapatkan keuntungan lebih baik dengan mengadopsi Bitcoin.

Dragosch memprediksi bahwa suatu hari nanti Bitcoin akan mampu mengungguli safe haven tradisional seperti obligasi AS dan emas. Seiring makin banyak perusahaan yang mengadopsi Bitcoin, volatilitasnya akan menurun sehingga menjadikannya aset yang lebih kompetitif secara keseluruhan.


Volatilitas Bitcoin dan Prospek Jangka Panjang
Volatilitas Bitcoin telah menunjukkan tren penurunan struktural sejak awal, terutama karena kelangkaan yang meningkat akibat halving serta adopsi yang meluas. Menurut André Dragosch dari Bitwise, volatilitas ini pada akhirnya akan mendekati volatilitas emas, menjadikan Bitcoin pesaing utama sebagai penyimpan nilai dan aset cadangan alternatif. Selain itu, keunggulan teknologi Bitcoin dibandingkan emas bisa membuatnya menggeser posisi emas dan aset tradisional lain seperti obligasi AS, terutama di tengah risiko utang kedaulatan global yang meningkat.


Jenis Perusahaan yang Berinvestasi Bitcoin
Ryan Rasmussen dari Bitwise membedakan dua tipe perusahaan yang memakai strategi treasury Bitcoin:

  1. Perusahaan yang menginvestasikan kelebihan kas mereka (misalnya Coinbase, Square), yang cenderung tidak menimbulkan risiko sistemik dan diperkirakan akan terus membeli Bitcoin.

  2. Perusahaan yang menggunakan utang atau menerbitkan ekuitas untuk membeli Bitcoin. Strategi ini lebih berisiko dan keberhasilannya bergantung pada kemampuan perusahaan membayar kembali utang mereka. Mengeluarkan ekuitas tidak meningkatkan jumlah Bitcoin per saham, sementara utang konversi bisa.


Risiko Overleveraging dan Dampaknya
Perusahaan besar dan mapan, seperti MicroStrategy, biasanya lebih mampu mengelola risiko utang dan refinancing. Namun, perusahaan kecil yang kurang stabil menghadapi risiko lebih tinggi, terutama jika mereka memaksakan diri dengan utang besar (overleveraging). Overleveraging dapat menyebabkan likuidasi paksa dan kebangkrutan saat pasar turun, walaupun dampak likuidasi ini terhadap pasar Bitcoin secara keseluruhan diperkirakan minimal karena volume yang terlibat kecil.


Sentralisasi dan Risiko Sistemik
MicroStrategy memiliki hampir 600.000 Bitcoin, atau sekitar 3% dari total pasokan. Selain itu, lebih dari 10% Bitcoin disimpan di wallet kustodian ETF dan treasury perusahaan. Konsentrasi kepemilikan ini menciptakan risiko sistemik jika terjadi kesalahan pengelolaan atau kompromi, yang bisa berdampak pada pasar secara luas. Namun, beberapa ahli percaya skenario tersebut sulit terjadi dan jika MicroStrategy menjual, mereka akan melakukannya secara bertahap untuk meminimalkan dampak pasar. Penurunan harga akibat penjualan besar justru bisa mendorong pembelian oleh pelaku lain.


Sentralisasi vs. Adopsi Luas
Akumulasi Bitcoin oleh perusahaan besar memang bertentangan dengan prinsip desentralisasi inti Bitcoin dan menimbulkan kekhawatiran soal sentralisasi pasokan. Namun, Dragosch menegaskan bahwa kepemilikan besar tidak dapat mengubah aturan Bitcoin, karena protokol Bitcoin mengandalkan konsensus proof-of-work yang sulit diubah hanya dengan memiliki banyak koin.

Juan Pellicer dari Sentora menyebut penitipan institusional sebagai trade-off yang wajar, karena dapat mempercepat adopsi luas dengan memberikan kejelasan regulasi, likuiditas, dan kemudahan akses bagi banyak investor baru.


Kesimpulan
Meskipun ada risiko dan kekhawatiran terkait konsentrasi kepemilikan dan overleveraging, tren adopsi korporat terhadap Bitcoin diperkirakan akan terus bertumbuh. Dengan volatilitas yang menurun dan peningkatan adopsi institusional, Bitcoin semakin mendekati peran sebagai aset cadangan yang diakui secara luas. Untuk saat ini, risiko potensi keruntuhan pasar akibat akumulasi korporat masih dianggap terkendali.



Posting Komentar untuk "Kenaikan Harga Bitcoin: Peluang atau Risiko bagi Keuangan Perusahaan?"